Ichimoku Scalping

Create a Meebo Chat Room

Senin, 24 Januari 2011

Bisnis Penipuan Berkedok Investasi

taken from Chris John (FHI ~ Kaskus)

Tahun 2000 lalu Jawa Timur pernah dikejutkan dengan lenyapnya duit ratusan miliar yang ditanamkan di sebuah bisnis yang disebut Pohon Mas. Ratusan pemilik duit kelimpungan, karena uangnya tak kembali sepeser pun. Bisnis itu pun meredup.

Namun tujuh tahun setelah itu, ribuan pemilik duit kembali meradang, uang mereka yang nilainya mencapai triliunan rupiah lenyap, tanpa bisa mereka cegah. Bisnis ini menjamur kembali. Yang bisa mereka lakukan hanya sebatas melapor ke polisi. Mengapa bisa demikian?

Menurut catatan Surya dihimpun dari berbagai sumber, termasuk pengamat invetasi, sedikitnya ada 10 perusahaan wara laba masuk daftar merah dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Bahkan, empat perusahaan investasi telah dilaporkan ke polisi karena tidak bisa mengembalikan uang milik nasabah yang total jenderal mencapai triliunan rupiah.

Sebut saja, PT Wahana Bersama Globalindo (WBG) di Lt 11 Wisma BII Jl Pemuda, PT Lexin Group Surabaya (LGS), di Jl Dukuh Kupang, PT Sarana Pernada Indoglobal (SPI) di Lt 1 Graha SA Jl Raya Gubeng, serta PT Wealth Max Centric Solusindo (WMCS), di Lt 2 Wisma Dharmala, Jl Panglima Sudirman. (lihat tabel).

Pengamat pertumbuhan bisnis investasi di Surabaya, yang juga mantan Direktur Utama (Dirut) PT Quantum International Fiture (QIF), sebuah perusahaan valuta asing (valas) pada 2004, Khoirul Huda, menyatakan, tidak ada program baru yang ditawarkan bisnis investasi berjangka. “Dari dulu sampai sekarang modus penipuan bisnis investasi hanya satu, menawarkan bunga tinggi kepada nasabah,” kata Huda.

Lantas kenapa banyak warga masih tertarik? “Itu karena nasabah gelap mata,” jawabnya.
Umumnya, pembayaran bunga lancar hanya pada tahun pertama. Itu hanya trik untuk menumbuhkan kepercayaan nasabah dan tentu saja diharapkan bisa memperpanjang daftar nasabah melalui kabar dari mulut ke mulut yang terbukti sangat efektif.
“Setelah larut dalam bunga tinggi setiap bulannya, maka perusahaan investasi mulai memanipulasi uang nasabahnya.”

Masyarakat metropolitan, seperti Surabaya menjadi sasaran empuk penipuan bisnis ‘kelas atas’ ini karena di sini penuh orang berduit. Seperti halnya di Jakarta, Medan, dan Makassar, di Surabaya para pialang mudah menjaring nasabah. Selain itu juga karena masyarakat senang dengan iming-iming uang segunung tanpa kerja keras.

Cara kerja bisnis investasi ini sebenarnya sangat sederhana, memberi bunga (yield) kepada nasabah menggunakan dana nasabah lainnya. Sedangkan ujung tombaknya adalah tim marketing yang bertugas meyakinkan nasabah agar menginvestasikan uangnya sebanyak-banyaknya.
“Selama nasabah ada, bisnis invetasi tetap hidup karena modalnya hanya dari nasabah. Praktis uang nasabah hanya berputar di situ saja, dari nasabah satu ke nasabah lainnya,” lanjut Huda. Metode ini, lanjut dia, sebenarnya tidak jauh beda dengan sistem arisan ibu rumah tangga, tetapi dengan menyertakan bunga.

Menjamurnya bisnis investasi berjangka di Surabaya, kata Huda juga karena longgarnya izin usaha dari pemerintah. Rata-rata, bisnis investasi seperti PT WBG yang melibatkan dan tidak kurang dari Rp 3,5 triliun, diduga hanya mengantongi izin usaha dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag), atau maksimal dari Badan Pengawas Bursa Komoditi (Bapebti), mengacu pada Undang-undang (UU) nomor 37/ 1997, tentang bursa komoditi. Meski menurut Huda, UU bursa komoditi tersebut tidak pas dan terkesan dipaksakan untuk mengatur bisnis ini.

Apalagi untuk mendapatkan izin usaha sangat mudah. Notaris memberi rekomendasi sekaligus mengajukan nomor pokok wajib pajak (NPWP), kepada Deperindag yang kemudian mengeluarkan surat izin usaha perusahaan (SIUP).

Padahal menurut Huda, mengelola investasi dengan dana msyarakat harus melalui beberapa tahap perizinan. SIUP yang diterbitkan Deparindag harus mendapat legalitas dari Departemen Kehakiman. Departemen Kehakiman meminta bantuan kepada Bank Indonesia (BI) agar mengawasi perusahan yang mengelola dana itu. st24

Modal Cuma Rp 1 M
Jika diteliti lebih jauh, pialang bisnis investasi mayoritas memulai karirnya dari bisnis forex atau valuta asing (valas). Memang untuk membuktikannya sangat sulit, tetapi mudah bagi orang-orang yang sudah mengenal siapa pialang bisnis investasi, baik itu WBG, SPI, LGS maupum WMCS. Satu-satunya indikator bahwa dua macam bisnis itu dilakukan dengan metode hampir sama, yakni, sama-sama menawarkan bunya tinggi kepada nasabahnya.

Bisnis valas mulai tumbuh di Surabaya, sekitar 1990-an lalu. Diawali tiga perusahaan yaitu, PT Bobo Hiber makmur di Jl Semut, PT Prima Tangguh Arta Jl Sumatera, dan PT Arta Pala di Jl Ambengan. “Semua perusahaan itu sudah tidak ada, dan orang-orangnya kini banyak bermain di bisnis investasi,” kata Khoirul Huda, pengamat investasi.

Main di bisnis ini tergolong gampang. Selain perizinan yang mudah, modal awalnya pun ringan, cuma Rp 1 miliar untuk modal awal. Uang ini untuk sewa gedung, isi kantor dan perlengkapan lain seperti mobil operasional. Sedangkan untuk gaji karyawan, cukup diambilkan dari dana yang dikumpulkan dari masyarakat.

Setiap perusahaan investasi dalam memberikan gaji kepada marketingnya, berbeda-benda. Ada yang menggunakan sistem komisi, seperti yang dilakukan PT SPI. Marketing SPI mendapat 10 persen dari total investasi yang diperoleh dari seorang nasabah. Jika mampu mendapat dana investor Rp 100 juta, maka dia berhak menerima Rp 10 juta.

“Komisi 10 persen itu nantinya yang akan dibagi dengan nasabah, sesuai perjanjian antara marketing dengan nasabah. Kalau kesepakatannya nasabah memperoleh 2 persen dari total 10 persen itu, maka marketing memperoleh 8 persen, itulah yang menjadi gaji marketing,” kata Surya, salah seorang marketing PT SPI belum lama ini. st24

Daftar Perusahaan Investasi Bermasalah

Nama perusahaan Jumlah Nasabah Jumlah kerugian
—————————————————————————————————–
PT Wahana Bersama Globalindo (WBG) - 10.000 - Rp 3,5 triliun
PT Sarana Perdana Indoglobal (SPI) - 3.000 - Rp 3,5 triliun
PT Wealth Max Centric Solusindo (WMCS) - 200 - Rp 85 milliar
PT Lexin Group Surabaya (LGS) - 60 - Rp 2,5 miliar
PT Topworth - belum diketahui - Rp 30 milliar
—————————————————————————————————–
Sumber : Berbagai sumber 

1 komentar:

  1. Bisnis penipuan yang berkedok investasi memang banyak dan sekarang ini. namun selama saya trading forex dengan menggunakan broker octafx saya tidak pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan sama sekali dan malah nyaman walaupun saya deposit dengan 100$ atau lebih

    BalasHapus